Bendera Tauhid

Jumat, 29 Januari 2016

Metode menegakkan khilafah

✅ Tanya Jawab atas Ungkapan “Jihad
Bukan Metode untuk Menegakkan al-
Khilafah”

Penerjemah: Irfan Abu Naveed 

Sumber Tanya Jawab (Like):
FP Al-’Alim Asy-Syaikh ‘Atha bin
Khalil Abu ar-Rasytah –Hafizhahullaah–
~~~~~~~~~~~~~
ﺑﺴﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺍﻟﺮﺣﻴﻢ

✅ Pertanyaan:
ﺍﻟﺴﻼﻡ ﻋﻠﻴﻜﻢ ﻭﺭﺣﻤﺔ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺑﺮﻛﺎﺗﻪ
Wahai Syaikh kami Amir HT:
Kita berpandangan bahwa menegakkan
Khilafah dan Jihad adalah dua
kewajiban yang berbeda,
membenarkan poin bahwa jihad tidak
menjadi metode untuk menegakkan
al-Khilafah. Dapatkah anda jelaskan
perbedaan kewajiban tersebut?

Semoga Allah menerima amal ibadah anda dan menganugerahi anda taufik untuk menjaga (pemikiran) umat ini
dan:
( ﻧﺤﻦ ﻧﻘﻮﻝ ﺇﻥ ﺍﻟﺠﻬﺎﺩ ﻓﺮﺽ، ﻭﺍﻟﺨﻼﻓﺔ ﻓﺮﺽ، ﻟﻜﻦَّ ﺍﻟﺠﻬﺎﺩ
ﻟﻴﺲ ﻫﻮ ﺍﻟﻄﺮﻳﻘﺔ ﻹﻗﺎﻣﺔ ﺍﻟﺨﻼﻓﺔ … ﺃﺭﺟﻮ ﺗﻮﺿﻴﺢ ﺍﻷﻣﺮ …)
“Kami katakan bahwa jihad hukumnya
fardhu, dan Khilafah pun fardhu, akan
tetapi jihad bukanlah metode untuk
menegakkan al-Khilafah… 

Saya memohon penjelasan atas
permasalahan ini…”

✅ Jawaban:
ﻭﻋﻠﻴﻜﻢ ﺍﻟﺴﻼﻡ ﻭﺭﺣﻤﺔ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺑﺮﻛﺎﺗﻪ

Terdapat hal-hal pokok yang wajib
dipahami dengan baik karena hal itu akan memperjelas jawaban:

1⃣ Pertama, sesungguhnya dalil-dalil yang dicari untuk menggali suatu hukum syara’ untuk suatu masalah
adalah dalil-dalil yang memang untuk
masalah tersebut bukan dalil-dalil
dalam masalah lainnya (di luar konteks pembahasan-pen.):

1. Misalnya jika saya ingin mengetahui bagaimana tatacara berwudhu, maka saya
akan mencari dalil-dalil wudhu yang ada, sama saja apakah
turun di Makkah atau Madinah, dan digali hukum syara’ darinya berdasarkan ilmu ushul yang diadopsi… 
Dan saya tidak
akan mencari dalil-dalil shaum untuk diambil darinya hukum wudhu dan tatacaranya.

2. Dan misalnya jika saya ingin
mengetahui hukum-hukum haji, maka demikian pula saya akan mencari dalil-dalil haji yang
ada, sama saja apakah turun di
Makkah atau di Madinah dan digali darinya hukum syara’
berdasarkan ilmu ushul yang diadopsi, 
dan saya tidak akan
mencari dalil-dalil shalat untuk diturunkan darinya hukum haji dan tatacaranya.

3. Dan misalnya jika saya ingin mengetahui hukum-hukum jihad, baik yang sifatnya hukum bagi individu maupun
kifaayah, baik jihad defensif atau jihad ofensif, apa-apa
yang berkaitan dengan jihad
dari hukum-hukum futuhat dan penyebaran Islam, 
sama saja apakah futuhat dengan cara paksaan atau dengan jalan damai… 

Maka saya akan
mencari dalil-dalil jihad yang ada, sama saja apakah turun di
Makkah atau di Madinah, dan digali darinya hukum syara’
berdasarkan ilmu ushul yang diadopsi, 
dan saya tidak akan
mencari dalil-dalil zakat untuk diturunkan darinya hukum jihad dan perinciannya.

4. Begitu pula dengan setiap permasalahan, ia mesti dicari dalil-dalil berdasarkan tempat diturunkannya di Makkah atau
di Madinah, dan digali darinya hukum syara’ untuk suatu permasalahan dari dalil-dalil ini berdasarkan ilmu ushul yang diadopsi.

2⃣ Kedua, dan sekarang saatnya kita
meninjau permasalahan menegakkan Negara Islam, dan kita mencari dalil-
dalilnya, sama saja apakah diturunkan di Makkah atau di
Madinah, dan kita gali darinya hukum
syara’ berdasarkan ilmu ushul yang
diadopsi.

1. Sesungguhnya kita tidak menemukan dalil-dalil apapun
mengenai menegakkan Negara
Islam kecuali dari apa yang dijelaskan Rasulullah –
shallallaahu ’alayhi wa sallam – dalam Siirah- nya
ketika di Makkah al-
Mukarramah, 
dimana sungguh
beliau telah menyeru kepada Islam secara sembunyi- sembunyi, hingga beliau
membentuk kelompok orang- orang beriman yang sabar…

Kemudian beliau bergerak secara terang-terangan di
Makkah dan dalam beragam musim… 

Kemudian beliau
meminta pertolongan kepada ahlul quwwah, dan Allah –
Subhaanahu wa Ta’aalaa memuliakannya dengan pertolongan kaum Anshar,
maka beliau hijrah kepada tempat mereka dan
menegakkan suatu negara.

2. Rasulullah –shallallaahu
’alayhi wa sallam – tidak pernah memerangi penduduk
Makkah untuk menegakkan suatu Negara Islam, tidak pula beliau memerangi suku
manapun untuk menegakkan suatu Negara Islam, meski
memang Rasulullah –
shallallaahu ’alayhi wa sallam – dan para shabatnya –
ridhwaanullaahi ‘alayhim- adalah para pahlawan dalam
peperangan, kuat lagi
bertakwa… 

Akan tetapi Rasulullah –shallallaahu
’alayhi wa sallam – tidak menggunakan jalan peperangan
untuk menegakkan Negara Islam, akan tetapi terus konsisten berdakwah dan
meminta pertolongan ahlul quwwah hingga akhirnya kaum
Anshar menjawab seruan dakwahnya sehingga menegakkan Negara Islam.

3. Kemudian diwajibkannya
hukum jihad adalah untuk melakukan futuhat dan
penyebaran Islam, melindungi Negara Islam, dan jihad tidak
diwajibkan untuk menegakkan Negara Islam, dan setiap
permasalahan ini sudah jelas dalam Siirah Rasulullah –
shallallaahu ’alayhi wa sallam -.

4. Dan begitu pula jika ingin mengetahui tatacara penegakkan Negara Islam, maka diadopsi dari perbuatan (sunnah) Rasulullah –
shallallaahu ’alayhi wa sallam – berupa dakwah serta
meminta pertolongan dan sambutan kaum Anshar (penolong dakwah-pen.)
sehingga mampu menegakkan Negara Islam…

Dan jika saya ingin mengetahui hukum-hukum jihad, maka diambil dari dalil-dalil syar’iyyah yang
berkaitan dengan jihad, maka setiap
kewajiban diambil dalil-dalilnya dari
dalil-dalil syar’iyyah yang berkaitan
dengannya, maka kewajiban menegakkan Negara Islam diambil
dari dalil-dalil penegakkan Negara
Islam, dan jihad diambil dari dalil-
dalil mengenai jihad, dan konsisten
terhadapnya sesuai tujuannya dan Allah yang memberikan kepada kita taufik-Nya. []

Saudaramu ‘Atha bin Khalil Abu Ar- Rasytah⚫

Tidak ada komentar:

Posting Komentar