Bendera Tauhid

Rabu, 12 Juni 2013

Amal yang tertolak

Allah menciptakan tujuh malaikat sebelum dia menciptakan langit dan bumi. Di setiap langit ada satu malaikat yang menjaga pintu.

Ibnu Mubarak mengatakan bahwa Khalid bin Ma,dan bin Jabal RA.”Ceritakanlah satu hadits yang kau dengar dari Rasulullah SAW, yang kau menghafalnya dan setiap hari kau mengingatnya lantaran saking keras, halus, dan dalamnya makna hadits tersebut. Hadits manakah yang yang menurut pendapatmu paling penting ? Mu’adz menjawab. “Baiklah akan kuceritakan. Sesaat kemudian, ia pun menangis hingga lama sekali, lalu ia bertutur,”Hmm, sungguh kangennya hati ini kepada Rasulullah SAW, ingin rasanya segera bersua dengan beliau. Dia melanjutkan, suatu saat aku menghadap Rasulullah SAW. Beliau menuggangi seekor unta dan menyuruhku naik dibelakangnya, maka berangkatlah kami dengan unta tersebut. kemudian beliau menengadahkan wajahnya ke langit, dan berdoa ” Puji syukur ke hadirat Allah, yang Maha berkehendak kepada makhluq-Nya menurut kehendak-Nya.” Kemudian Rasulullah SAW berkata, ” Sekarang aku akan mengisahkan satu cerita kepadamu yang, apabila engkau hafalkan, akan berguna bagimu, tapi kalau engkau sepelekan, engkau tidak akan mempunyai hujjah kelak dihadapan Allah SWT.”

Amal yang Tertolak.
“Hai Mu’adz! Allah menciptakan tujuh malaikat sebelum Dia menciptakan langit dan bumi. Pada setiap langit ada satu malaikat yang menjaga pintu, dan tiap-tiap pintu langit itu dijaga oleh malaikat penjaga pintu sesuai kadar pintu dan keagungannya. Maka, malaikat hafazhah (malaikat yang memelihara dan mencatat amal seseorang) naik ke langit dengan membawa amal seseorang yang cahayanya bersinar-sinar bagaikan cahaya matahari. Ia, yang menganggap amal orang tersebut itu banyak, mamuji amal-amal orang itu. Tapi sampai di pintu langit pertama, berkata malaikat penjaga pintu langit itu kepada malaikat hafazhah, ” Tamparkanlah amal ini kewajah pemiliknya, aku ini penjaga tukang pengumpat, akau diperintahkan untuk tidak menerima masuk tukang mengumpat orang lain, jangan sampai amal ini melewatiku untuk mencapai langit berikutnya.”  Keesokan harinya, ada lagi malaikat hafazhah yang naik ke langit dengan membawa amal shalih seorang lainnya yang cahayanya berkilauan, ia juga memuji lantaran begitu banyaknya amal tersebut. Namun malaikat langit kedua mengatakan. “Berhentilah, dan tamparkan amal ini kewajah pemiliknya, sebab dengan amalnya itu dia mengharap keduniaan. Allah memerintahkanku untuk menahan amal ini, jangan sampai lewat hingga langit berikutnya.” Maka seluruh malaikat pun melaknat orang tersebut sampai sore hari.

Kemudian ada lagi malaikat hafazhah yang naik ke langit dengan membawa amal hamba Allah yang sangat memuaskan, penuh amal sedekah, puasa dan bermacam-macam kebaikan yang oleh malaikat hafazhah dianggap demikian banyak dan terpuji. Namun saat sampai dilangit ketiga, berkata malaikat penjaga pintu langit yang ketiga, ” Tamparkan amal ini kewajah pemiliknya, aku malaikat penjaga orang yang sombong. Allah memerintahkan untuk tidak menerima orang sombong masuk. Jangan sampai amal ini melewatiku untuk mencapai langit berikutnya. Salahnya sendiri ia menyombongkan diri di tengah-tengah orang lain.” Kemudian ada lagi malaikat hafazhah yang naik ke langit keempat, membawa amal seseorang yang bersinar bagaikan bintang yang paling besar, suaranya bergemuruh, penuh dengan tasbih, puasa, shalat, naik haji, dan umrah. Tapi ketika sampai di langit keempat, malaikat penjaga pintu langit keempat mengatakan kepada malaikat hafazhah. ” Berhentilah, jangan dilanjutkan. Tamparkan amal ini kewajah pemiliknya, aku ini penjaga orang-orang yang suka ujub (membangga-banggakan diri). Aku diperintahkan untuk tidak menerima masuk amal tukang ujub. Jangan sampai amal itu melewatiku untu mencapai langit yang berikutnya, sebab ia kalau beramal selalu ujub.”

Kemudian naik lagi malaikat hafazhah ke langit kelima, membawa amal hamba yang diarak bagaikan pengantin wanita diiring kepada suaminya, amal yang begitu bagus seperti amal jihad, ibadah haji, ibadah umrah. Cahaya amal itu bagaikan matahari. Namun, begitu sampai di langit kelima, berkata malaikat penjaga pintu langit kelima, “Aku ini penjaga sifat hasud (dengki,iri hati). Pemilik amal ini, yang amalnya sedemikian bagus, suka hasud kepada orang lain atas kenikmatan yang Allah berikan kepadanya. Sungguh ia benci kepada apa yang diridhai Allah SWT. Saya diperintahkan agar tidak membiarkan amal orang seperti ini untuk melewati pintuku menuju pintu selanjutnya.” Kemudian ada lagi mal;aikat hafazhah dengan membawa amal lain berupa wudhu yang sempurna, shalat yang banyak, puasa, haji, dan umrah. Tapi saat di langit keenam, malaikat ini mengatakan, “Aku ini malaikat penjaga rahmat. Amal yang seolah-olah bagus ini, tamparkanlah ke wajah pemiliknya. Salah sendiri ia tidak pernah mengasihi orang. Apabila orang lain yang mendapat musibah. ia merasa senang. Aku diperintahkan agar amal seperti ini tidak melewatiku hingga dapat sampai pintu berikutnya.” 

Kemudian ada lagi malaikat hafazhah naik ke langit ketujuh dengan membawa amal seorang hamba berupa bermacam-macam sedekah, puasa, shalat, jihad, dan kewara’an. Suaranya pun bergemuruh bagaikan geledek. Cahayanya bagaikan kilat. Namun tatkala sampai di langit ke tujuh, malaikat penjaga langit ke tujuh mengatakan, ” Aku ini penjaga sum’at (ingin terkenal). Sesunguhnya orang ini ingin dikenal dalam kumpulan-kumpulan, selalu ingin terlihat lebih unggul di saat berkumpul, dan ingin mendapat pengaruh dari para pemimpin. Allah memerintahkanku agar amal itu tidak sampai melewatiku. Setiap amal yang tidak bersih karena Allah lillahi Ta’ala, itulah yang disebut riya’. Allah tak akan menerima amal orang-orang yang riya’.

Kemudian ada lagi malaikat hafazhah naik membawa amal seorang hamba : shalat, zakat, puasa, haji, umrah, akhlaq yang baik, pendiam, tidak banyak bicara, dzikir kepada Allah. Amalnya itu diiringi para malaikat hingga langit ke tujuh, bahkan sampai menerobos memasuki hijab-hijab dan sampailah ke hadirat Allah SWT. Para malaikat itu berdiri di hadapan Allah. Semua menyaksikan bahwa amal ini adalah amal yang shalih dan ikhlas karena Allah SWT. Namun Allah befirman, ” Kalian adalah hafazhah, pencatat amal-amal hamba-Ku. Sedangkan akulah yang mengintip hatinya. Amal ini tidak karena-Ku. Yang dimaksud oleh si pemilik amal ini bukanlah Aku. Amal ini tidak di ikhlaskan demi Aku. Aku lebih mengetahui dari kalian apa yang dimaksud olehnya  dengan amalan itu. Aku laknat dia, karena menipu orang lain, dan juga menipu kalian (para malaikat hafazhah). Tapi Aku tak’kan tertipu olehnya. Aku ini Yang Paling Tahu akan ha-hal yang ghaib. Akulah yang melihat isi hatinya, dan tidak akan samar kepada-Ku setiap apapun yang samar. Tidak akan tersenbunyi bagi-Ku seetiap apapun yang tersembunyi. Pengetahuan-Ku atas apa yang terjadi sama dengan pengetahuan-Ku akan apa yang akan terjadi. Pengetahuan-Ku atas apa yang telah lewat sama dengan pengetahuan-Ku atas apa yang akan datang. Pengetahuan-Ku kepada orang-orang terduhulu sebagaimana pengetahuan-Ku kepada orang-orang yang kemudian. Aku lebih tahu atas apa pun yang lebih samar daripada rahasia. Bagaimana bisa amal hamba-Ku menipu-Ku. Dia bisa menipu makhluk-makhluk, yang tidak tahu, sedangkan Aku ini Yang Mengetahui hal-hal yang ghaib. Laknat-Ku tetap kepadanya.”Tujuh malaikat hafazhah yang ada pada saat itu dan 3000 malaikat lain yang mengiringinya menimpali. “Wahai Tuhan kami, dengan demikian tetaplah laknat-Mu dan laknat kami kepadanya. ” Maka semua yang ada di langit pun mengatakan. ” Tetaplah laknat Allah dan laknat mereka yang melaknat kepadanya.”

“Tahanlah Mulutmu”
Mu’adz pun kemudian menangis terisak-isak dan berkata. ” Ya Rasulullah, bagaimana aku selamat dari apa yang baru Engkau ceritakan itu?” Rasulullah SAW menjawab. ” Wahai Mu’adz , ikutilah nabimu dalam hal keyakinan !” Mu’adz berkata lagi. ” Wahai Tuan, Engkau adalah Rasulullah. Sedangkan aku ini si Mua’adz bin jabal, bagaimana aku dapat selamat dan terlepas dari bahaya tersebut ?” Rasulullah SAW bersabda. ” Seandainya dalam amalmu ada kelengahan, tahan mulutmu, jangan sampai menjelek-jelekan orang lain, dan juga saudara-saudaramu sesama ulama. Apabila engkau hendak menjelek-jelekna orang lain, ingatlah pada dirimu sendiri. Sebagaimana engkau tahu dirimu pun penuh dengan aib. Jangan membersihkan dirimu dengan menjelek-jelekan orang lain. Jangan mengangkat diri sendiri dengan menekan orang lain. Jangan riya’ dengan amalmu agar diketahui orang lain. Janganlah termasuk golongan orang yang mementingkan dunia dan melupakan  akhirat. Kamu jangan berbisik-bisik dengan seseorang padahal disebelahmu ada orang lain yang tidak diajak brbisik. Jangan takabur kepada orang lain, nanti akan luput bagimu kebaikan dunia dan akhirat. Jangan berkata kasar dalam suatu majelis dengan maksud supaya orang-orang takut akan keburukan akhlaqmu itu.  Jangan mengungkit-ungkit apabila berbuat kebaikan. Jangan merobek-robek (pribadi) orang lain dengan mulutmu, kelak kamu akan dirobek-robek oleh anjing -anjing neraka jahanam, sebagaimana firman Allah. ” Wannaasyithaati nasythaa.”(Di neraka itu ada anjing-anjing perobek badan-badan manusia, yang mengoyak-ngoyak daging dari tulangnya). Aku(mu’adz) berkata.” Ya Rasulullah, siapa yang akan kuat menanggung penderitaan semacam ini ?” Jawab Rasulullah SAW, ” Wahai Mu’adz, yang kuceritakan tadi itu akan mudah bagi mereka yang dimudahkan Allah SWT. Cukup untuk mendapatkan semua itu, engkau menyayangi orang lain sebagaimana engkau menyayangi dirimu sendiri. dan membenci sesuatu terjadi kepada orang lain apa-apa yang engkau benci bila sesuatu itu terjadi kepadamu. Apabila seperti itu, engkau akan selamat, terhindar dari penderitaan itu .” Khalid bin Ma’dan (yang meriwayatkan hadits itu dari Mu’adz RA) mengatakan, “Mu’adz sering membaca hadits ini sebagaimana ia seringnya membaca Al’Quran, mempelajari hadits ini sebagaimana ia mempelajari Al’Quran dalam majelisnya.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar