AGAR DAKWAH TEPAT SASARAN
Serulah (manusia) ke jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhan-mu, Dialah Yang Mahatahu tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah Yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS an-Nahl [16]: 125).
Syaikh Ali Makhfudh dalam kitabnya Hidayatul Mursyidin mendivinisikan, makna dakwah adalah mendorong manusia dan menyeru mereka kepada kebajikan dan mencegah mereka dari perbuatan mungkar. Lebih lanjut, Syaikh Muhammad Khidr Husain dalam kitab Al-Dakwah ila al Ishlah, mengartikan dakwah dengan, upaya untuk memotifasi orang agar berbuat baik dan mengikuti jalan petunjuk, dan melakukan amar ma’ruf nahi munkar dengan tujuan mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Rasulullah Saw bersabda : “ Barang siapa dari kalian yang melihat kemungkaran maka supaya merubah dengan tanganya jika tidak mampu maka dengan lisanya bila tidak mampu maka dengan hatinya dan demikian itu ( dengan hati ) Iman yang paling lemah “ (HR. Muslim).
Dari sini, posisi dakwah menjadi sangat penting dalam agama Islam karena akan membantu perkembangan ajarannya. Agar dakwah mencapai sasara strategis, diperlukan sebuah tatanan dalam system dakwah. Pemahaman yang mendalam tidak saja menganggap bahwa frame (Amal Ma’rup Nahi Mungkar) hanya sekedar menyampaikan saja, adalah hal yang perlu diperhatikan. Selain itu, pada dai juga wajib menentukan materi yang cocok atau yang sesua dengan sikon, mengetahui psikologi objek dakwah secara tepat, memilih metode yang representative dan menggunakan bahasa yang efektif dan bijaksana.
Di antara beberapa metode dakwah adalah :
Dakwah bil Mau’idlatul Hasanah
Ajakan yang juga disebut retorika ini adalah penyampaian informasi atau pesan dakwah melalui lisan (ceramah atau komunikasi langsung antara subyek dan obyek dakwah). Qoulan layyinan (bahasa lemah lembut) dan qoulan syadidan (tegas dan benar) menentukan dalam metode ini.
Dalam tafsir Al-Baghawi dijelaskan bahwa, berdakwah dengan al-mau’idzah al-hasanah adalah mengajak manusia dengan memberikan motivasi dan juga penakutan atas perbuatan buruk yang dilakuakan. Selain itu diartikan pula bahwa maksud dari al-mau’idzah al-hasanah adalah ucapan yang lembut yang tidak mengandung kekerasan.
Dakwah bil Halil Mahmudah
Dakwah demontrasi adalah ajakan yang mengedepankan perbuatan nyata. Dengan maksud si penerima dakwah (al-Mad’ulah) mengikuti jejak Da’i. Metode ini dalam perkembangannya mempunyai pengaruh besar, sebagaimana praktek Rasulullah pada sahabat Al Muhajirin dan Anshor di Madinah yang berhasil mempersatukan mereka dalam ikatan ukhuwah Islamiyah.
Dakwah bit Tadwin
Di zaman seperti saat ini, pola dakwah bit tadwin (bil qolam) yang dilakukan dengan menerbitkan kitab, buku, majalah, wabsite, koran, dan tulisan-tulisan yang mengandung pesan dakwah sangat penting dan efektif. Keistimewaan dakwah dengan tulisan ini ditegaskan oleh Rasulullah saw dalam sabdanya : “Sesungguhnya tinta para ulama adalah lebih baik dari darahnya para syuhada.”
Dakwah bil Hikmah
Yaitu menyampaikan dakwah dengan cara arif, dengan melakukan pendekatan sedemikian rupa hingga pihak obyek dakwah mampu melaksanakan dakwah atas kemauannya sendiri, tidak merasa ada paksaan, tekanan maupun konflik. Dengan kata lain dakwah bi al-hikmah merupakan suatu metode pendekatan komunikasi dakwah yang dilakukan atas dasar persuasif.
Kata bil hikmah diambil dari kandungan ayat An Nahl 126 tentang ajakan dakwah. Dalam tafsir Al Qurthubi yang terkenal, Syaikh Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakr bin Farah al-Qurthubi Abu ‘Abdillah (Dâr Sya’b, Kairo, 1373 H, cetakan II, Jilid X, halaman 200) menulis, ayat ini diturunkan di Makkah saat Nabi Saw diperintahkan untuk bersikap damai kepada kaum Quraisy. Beliau diperintahkan untuk menyeru pada agama Allah dengan lembut (talathuf), layyin, tidak bersikap kasar (mukhâsanah), dan tidak menggunakan kekerasan (ta’nîf).
Dakwah bi Inkaril Qolbi
Dakwah terakhir ini dikatakan dalam Hadits dengan sebutan ad’aful iman (paling lemahnya iman). Namun, Rasulullah Saw menganjurkan inkar dalam hati dengan adanya kemaksiatan ketika kekuatan tangan dan perkataan lisan tidak bisa berbuat mengubahnya.
Dakwah adalah panggilan dari hati yang didasari ibtighoi mardlotillah. Ikhlas lillahi ta’ala, kekuatan mental dan kedalaman keilmuan sangat menentukan kualitas dan kuantitas dakwah. Berbagai macam metode dakwah sangat diperlukan demi tercapainya sebuah tujuan dakwah. Tentu, dalam penggunaannya kita harus memilih metode yang tepat dengan melihat keadaan, factor usia, budaya pengetahuan, status sosial yang didakwahi dan sebagainya.
Kita hanya mempunyai kewajiban i’lai kalimatillah sesuai kemampuan kita, bahwa pemberian hidayah adalah hak Allah Swt semata. Sebagaimana Al-Qur’an menyebutkan:
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (QS : Al Qashosh 56).